Zaman ini aneh
Berkata kasar seolah-olah menjadi gaya hidup, gaya bersosialisasi, gaya bicara yang wajar.
Padahal masih banyak sekali kosakata yang dapat diucapkan tanpa mengurangi makna kekecewaan, kekesalan, kesedihan dan perasaan yang lainnya, tapi kenapa setiap perasaan yang sedang dialami selalu terucap kata "Anjing, Ngentot, kontol".
Anjing adalah hewan, bukan kata untuk mengungkapkan perasaan, apa salahnya anjing hingga selalu disebut-sebut dalam setiap perasaan dan kejadian?
Contoh:
A : Eh tau gak, gue tadi salah toilet, malu bangeet deh
B : Anjing! Demi apa lo?
Terus gimana?
(bisa saja kata anjing ini diubah seperti "Ya ampun, demi apa lo, terus gimana?)
C : pengumuman, besok tanggal 2 ada acara meet up, wajib buat semunya, untuk bayaran bisa ke si f
D : ngapa mendadak bgt sih anjing, gue kaga ada duit
(bisa saja diganti seperti "Nyebelin banget sih, kenapa menadadak?")
Dan masih banyak contoh lainnya.
Misalnya di kelas :
Coba perhatikan ada berapa banyak orang yang anda lihat
perhatikan berapa kali seseorang berkata kasar setiap harinya
Perhatikan kata-kata kasar apa saja yang dilontarkan
Perhatikan kata-kata kasar itu keluar disaat situasi dan kondisi seperti apa
Itu akan membawa anda melihat sejauh mana dan semelekat apa kata-kata kasar dikehidupan sehari-hari, seolah-olah kata-kata kasar yang terucap menjadi sebuah gaya bicara yang "diwajarkan" dan menjadi "hal yang biasa".
Padahal tatanan bahasa Indonesia sudah dirancang, disusun sedemikian rupa oleh para ahli, dengan semua ilmu, waktu hinggga tenaga ia berikan, untuk menyusun & menyempurnakan bahasa Indonesia.
(maaf terlalu jujur, gak ada sensor)
Berkata kasar seolah-olah menjadi gaya hidup, gaya bersosialisasi, gaya bicara yang wajar.
Padahal masih banyak sekali kosakata yang dapat diucapkan tanpa mengurangi makna kekecewaan, kekesalan, kesedihan dan perasaan yang lainnya, tapi kenapa setiap perasaan yang sedang dialami selalu terucap kata "Anjing, Ngentot, kontol".
Anjing adalah hewan, bukan kata untuk mengungkapkan perasaan, apa salahnya anjing hingga selalu disebut-sebut dalam setiap perasaan dan kejadian?
Contoh:
A : Eh tau gak, gue tadi salah toilet, malu bangeet deh
B : Anjing! Demi apa lo?
Terus gimana?
(bisa saja kata anjing ini diubah seperti "Ya ampun, demi apa lo, terus gimana?)
C : pengumuman, besok tanggal 2 ada acara meet up, wajib buat semunya, untuk bayaran bisa ke si f
D : ngapa mendadak bgt sih anjing, gue kaga ada duit
(bisa saja diganti seperti "Nyebelin banget sih, kenapa menadadak?")
Dan masih banyak contoh lainnya.
Misalnya di kelas :
Coba perhatikan ada berapa banyak orang yang anda lihat
perhatikan berapa kali seseorang berkata kasar setiap harinya
Perhatikan kata-kata kasar apa saja yang dilontarkan
Perhatikan kata-kata kasar itu keluar disaat situasi dan kondisi seperti apa
Itu akan membawa anda melihat sejauh mana dan semelekat apa kata-kata kasar dikehidupan sehari-hari, seolah-olah kata-kata kasar yang terucap menjadi sebuah gaya bicara yang "diwajarkan" dan menjadi "hal yang biasa".
Padahal tatanan bahasa Indonesia sudah dirancang, disusun sedemikian rupa oleh para ahli, dengan semua ilmu, waktu hinggga tenaga ia berikan, untuk menyusun & menyempurnakan bahasa Indonesia.
(maaf terlalu jujur, gak ada sensor)
Susah menghilangkan kebiasaan untuk berkata kasar, kebanyakan mereka menganggap berkata kasar adalah suatu hal yang keren
BalasHapus